Menjadi traveller di era digital memang terlihat lebih mudah dibandingkan satu dekade lalu. Dengan bantuan teknologi, informasi dapat diakses hanya dengan beberapa sentuhan jari. Namun, kemudahan tersebut juga membuka peluang beredarnya informasi yang tidak akurat. Dilansir dari TravelMudah, Mitos dan kesalahpahaman pun kerap dipercayai sebagai fakta oleh banyak wisatawan, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman.

Survei dari Booking.com pada 2023 mengungkapkan bahwa 45% wisatawan global mengakui pernah mengalami kerugian atau ketidaknyamanan karena percaya pada informasi yang keliru. Dari asumsi tentang waktu terbaik membeli tiket hingga anggapan bahwa backpacking selalu lebih hemat, artikel ini akan mengulas tujuh mitos populer di kalangan traveller dan membandingkannya dengan fakta berdasarkan data aktual dan referensi terpercaya.
1. Mitos: Memesan Tiket Pesawat di Hari Selasa Selalu Lebih Murah
Banyak orang percaya bahwa hari Selasa adalah waktu terbaik untuk memesan tiket pesawat karena harga dianggap lebih rendah. Mitos ini terus menyebar dari forum daring hingga media sosial.
Fakta: Menurut analisis dari Google Flights (2023), harga tiket tidak banyak bervariasi antara hari dalam seminggu. Perbedaan rata-rata harga hanya sekitar 1,9% antara hari paling mahal dan termurah. Faktor yang lebih memengaruhi adalah waktu pembelian. Tiket biasanya lebih murah jika dibeli sekitar 21–60 hari sebelum keberangkatan, terutama untuk penerbangan domestik.
2. Mitos: Semakin Banyak Destinasi, Semakin Sukses Liburan
Mengunjungi banyak tempat dalam waktu singkat sering dianggap sebagai bentuk liburan maksimal. Padahal, strategi ini justru bisa melelahkan dan mengurangi kualitas pengalaman.
Fakta: Konsep slow travel semakin populer karena fokus pada kualitas, bukan kuantitas. Laporan dari World Tourism Organization (UNWTO) menekankan bahwa tinggal lebih lama di satu destinasi memungkinkan wisatawan memahami budaya lokal, menikmati pengalaman lebih mendalam, serta berkontribusi lebih besar pada ekonomi setempat.
3. Mitos: Backpacking Selalu Lebih Hemat
Backpacking sering diasosiasikan dengan cara bepergian paling murah. Namun, anggapan ini tidak selalu benar.
Fakta: Menurut laporan Lonely Planet dan data dari Nomadic Matt, biaya backpacking bisa meningkat jika tidak direncanakan dengan matang. Biaya tak terduga seperti ongkos transportasi jarak jauh, makanan di tempat wisata, dan kebutuhan mendadak lainnya bisa menyamai bahkan melebihi biaya tur paket.
4. Mitos: Asuransi Perjalanan Tidak Dibutuhkan
Banyak traveller menganggap asuransi perjalanan sebagai pengeluaran yang tidak perlu, terutama untuk perjalanan singkat atau domestik.
Fakta: Berdasarkan laporan dari Travel Insurance Review (2024), sekitar 20% wisatawan mengklaim asuransi karena kejadian tidak terduga seperti keterlambatan penerbangan, pembatalan perjalanan, atau biaya medis darurat. Negara-negara di Eropa (Schengen), Australia, dan Jepang bahkan mewajibkan bukti asuransi untuk visa.
5. Mitos: Bahasa Inggris Sudah Cukup Digunakan di Mana Saja
Bahasa Inggris dianggap sebagai paspor universal untuk berkomunikasi saat bepergian ke negara lain.
Fakta: Menurut data dari EF English Proficiency Index 2023, tidak semua negara memiliki populasi yang fasih berbahasa Inggris. Jepang, Tiongkok, Rusia, dan beberapa negara Amerika Selatan berada pada kategori rendah hingga sangat rendah. Menguasai frasa dasar dalam bahasa lokal terbukti memudahkan perjalanan dan menciptakan kesan positif pada penduduk setempat.
6. Mitos: Booking Hotel Langsung di Lokasi Lebih Murah
Beberapa orang beranggapan bahwa memesan hotel langsung di tempat bisa menghindari biaya tambahan dari platform online.
Fakta: Platform seperti Booking.com, Traveloka, dan Agoda sering memberikan diskon eksklusif, poin reward, dan promo early bird yang tidak tersedia untuk walk-in guest. Studi dari Statista (2022) menunjukkan bahwa 63% wisatawan global memilih memesan akomodasi secara online karena lebih praktis dan hemat.
7. Mitos: Liburan ke Destinasi Mahal Pasti Lebih Berkualitas
Banyak yang percaya bahwa semakin mahal destinasi, semakin berkualitas pengalaman liburannya.
Fakta: Destinasi yang ramah anggaran seperti Vietnam, Kamboja, atau Flores menawarkan pengalaman budaya dan alam yang tak kalah menarik dari destinasi mahal. Artikel dari Forbes dan Lonely Planet menekankan pentingnya memilih destinasi berdasarkan minat dan keunikan, bukan semata-mata harga.
Kenali Fakta, Hindari Mitos
Sebagai traveller modern, Anda perlu menyaring informasi secara kritis. Mitos perjalanan bisa membentuk ekspektasi keliru dan berisiko merugikan. Gunakan sumber tepercaya, baca ulasan aktual, dan rencanakan perjalanan dengan pendekatan realistis dan fleksibel.
Liburan yang sukses bukan tentang berapa banyak destinasi yang dikunjungi atau seberapa mahal tempatnya, tapi seberapa dalam Anda bisa merasakan pengalaman tersebut. Dengan memahami fakta di balik mitos populer, Anda dapat menciptakan perjalanan yang lebih bermakna, aman, dan memuaskan.