7 Taktik Phishing yang Sering Digunakan untuk Mencuri Data

Irwin Andriyanto

Phishing adalah salah satu metode penipuan online yang paling sering digunakan untuk mencuri data pribadi dan informasi sensitif. Menurut laporan Verizon Data Breach Investigations 2024, lebih dari 36% pelanggaran keamanan siber terjadi karena phishing. Taktik ini semakin canggih, menyasar individu, perusahaan, hingga institusi keuangan dengan berbagai modus.

Taktik Phishing yang Sering Digunakan untuk Mencuri Data
Taktik Phishing yang Sering Digunakan untuk Mencuri Data

Bagaimana cara kerja phishing? Singkatnya, pelaku akan menyamar sebagai entitas terpercaya untuk memancing korban agar menyerahkan data penting, seperti kredensial login, informasi kartu kredit, atau bahkan akses ke akun perusahaan. Agar lebih waspada, berikut adalah tujuh taktik phishing yang paling sering digunakan untuk mencuri data.

1. Email Phishing

Email phishing adalah metode paling umum yang dilakukan dengan mengirim email palsu yang terlihat seperti berasal dari organisasi resmi, seperti bank, layanan email, atau bahkan perusahaan tempat Anda bekerja. Email ini biasanya berisi tautan berbahaya atau lampiran yang mengandung malware.

Ciri-ciri email phishing:

  • Alamat pengirim mencurigakan atau mirip dengan domain asli tetapi memiliki perbedaan kecil.
  • Nada pesan mendesak, seperti “Akun Anda akan diblokir!” atau “Segera perbarui informasi akun Anda.”
  • Tautan yang mengarahkan ke situs web tiruan yang meniru situs asli.

Cara menghindarinya:

  • Periksa alamat email pengirim dengan teliti.
  • Jangan klik tautan atau unduh lampiran dari email yang mencurigakan.
  • Selalu verifikasi informasi langsung melalui situs resmi dengan mengetikkan URL secara manual.

2. Spear Phishing

Spear phishing adalah serangan yang lebih terarah, biasanya menargetkan individu atau organisasi tertentu dengan informasi yang sudah dikumpulkan sebelumnya. Penyerang akan menyesuaikan pesan agar terlihat lebih meyakinkan dan relevan bagi korban.

Contoh spear phishing:

  • Email dari “atasan” yang meminta informasi rahasia atau transfer dana.
  • Pesan dari “teman” atau “kolega” yang meminta bantuan dengan alasan darurat.

Cara menghindarinya:

  • Konfirmasi permintaan sensitif melalui jalur komunikasi lain, seperti telepon.
  • Gunakan autentikasi multi-faktor (MFA) untuk melindungi akun penting.
  • Berhati-hati terhadap email yang meminta tindakan segera tanpa alasan yang jelas.

3. Smishing (SMS Phishing)

Smishing menggunakan pesan teks (SMS) untuk menipu korban agar mengklik tautan berbahaya atau membalas dengan informasi pribadi.

Tanda-tanda smishing:

  • SMS dari nomor tidak dikenal yang mengklaim sebagai bank, layanan pemerintah, atau perusahaan besar.
  • Pesan yang menawarkan hadiah atau mengatakan bahwa akun Anda bermasalah.
  • Tautan yang mengarah ke situs web mencurigakan.

Cara menghindarinya:

  • Jangan klik tautan atau membalas pesan dari nomor yang tidak dikenal.
  • Hubungi langsung layanan terkait untuk verifikasi.
  • Aktifkan fitur pemblokiran pesan spam pada ponsel.

4. Vishing (Voice Phishing)

Vishing adalah taktik phishing yang dilakukan melalui panggilan telepon. Penipu berpura-pura menjadi perwakilan bank, agen pajak, atau dukungan teknis untuk mendapatkan informasi sensitif.

Contoh vishing:

  • Panggilan dari “bank” yang meminta verifikasi PIN atau OTP.
  • “Petugas pajak” yang mengancam akan memberikan denda jika tidak segera membayar.
  • “Dukungan teknis” yang meminta akses ke komputer Anda untuk memperbaiki masalah yang tidak ada.

Cara menghindarinya:

  • Jangan pernah memberikan informasi sensitif melalui telepon.
  • Verifikasi panggilan dengan menghubungi nomor resmi instansi terkait.
  • Waspada terhadap panggilan yang mendesak atau mengancam.

5. Angler Phishing (Phishing di Media Sosial)

Media sosial menjadi sasaran empuk bagi pelaku phishing. Mereka memanfaatkan platform ini untuk mengelabui korban dengan akun palsu, tautan berbahaya, atau pesan langsung yang mencurigakan.

Metode angler phishing:

  • Akun customer service palsu yang menawarkan bantuan tetapi meminta informasi pribadi.
  • Tautan yang disebarkan melalui komentar atau pesan langsung untuk menginfeksi perangkat.
  • Giveaway palsu yang meminta pengguna memasukkan data pribadi.

Cara menghindarinya:

  • Jangan membagikan informasi pribadi di media sosial secara terbuka.
  • Verifikasi akun customer service sebelum berinteraksi.
  • Hindari mengklik tautan dari sumber yang tidak dikenal.

6. Clone Phishing

Clone phishing adalah taktik di mana penyerang menduplikasi email sah yang pernah dikirim sebelumnya, tetapi mengganti tautan atau lampiran dengan yang berbahaya.

Cara clone phishing bekerja:

  • Pelaku mendapatkan email asli yang sah.
  • Email tersebut dikloning dan dikirim ulang dengan perubahan kecil.
  • Tautan atau lampiran di dalamnya telah dimodifikasi untuk mencuri data korban.

Cara menghindarinya:

  • Periksa apakah ada perubahan kecil pada email yang Anda terima.
  • Jangan klik tautan yang terlihat mencurigakan meskipun email tampak asli.
  • Gunakan filter spam dan fitur keamanan email.

7. Whaling (Phishing yang Menargetkan Eksekutif)

Whaling adalah bentuk phishing yang menargetkan individu berpangkat tinggi dalam perusahaan, seperti CEO atau CFO. Tujuannya adalah mencuri informasi berharga atau melakukan transfer dana ilegal.

Ciri-ciri whaling:

  • Email tampak sangat profesional dan sering kali menyerupai komunikasi internal.
  • Permintaan yang mendesak untuk tindakan tertentu, seperti mentransfer uang atau mengubah informasi rekening bank.
  • Tidak ada tautan atau lampiran mencurigakan, tetapi ada manipulasi psikologis yang cermat.

Cara menghindarinya:

  • Terapkan kebijakan verifikasi ganda untuk transaksi keuangan.
  • Edukasi eksekutif perusahaan tentang risiko whaling.
  • Gunakan sistem keamanan email yang canggih untuk mendeteksi anomali.

Phishing terus berkembang dengan metode yang semakin canggih. Memahami cara kerja phishing dan berbagai taktik yang digunakan adalah langkah pertama untuk melindungi diri dari serangan ini. Dengan selalu waspada, memverifikasi informasi, dan mengadopsi kebiasaan digital yang aman, Anda dapat menghindari menjadi korban penipuan online.

Irwin Andriyanto

Seorang blogger Kabupaten Tangerang & SEO Consultant, Lulusan Teknik Informatika (S.Kom, Universitas Serang Raya) & Magister Manajemen Pemasaran (M.M, Universitas Esa Unggul). Tertarik dengan dunia digital marketing, khususnya SEO.

Tags

Related Post